![]() |
| Apakah kebenaran masih punya tempat di republik yang sibuk menjaga citra? |
JANGKARKEADILAN, JAKARTA — Jakarta, November 2025. Di tengah riuhnya jagat maya, sebuah video viral mengklaim bahwa Presiden Jokowi dalam kondisi kritis di rumah sakit. Relawan Jokowi segera membantah, menyebut video itu sebagai hoaks buatan pembenci. Namun, Pimpinan Santana, sebuah kelompok pemantau informasi publik, justru balik menuding: relawanlah yang menyebarkan situs bohong untuk membungkam kritik.
Santana menyebut ada situs-situs yang
mengklaim sebagai “penjernih informasi” namun justru menyebarkan narasi
sepihak, menuduh pihak lain sebagai penyebar hoaks tanpa verifikasi. “Kami akan
laporkan mereka. Ini bukan sekadar perang informasi, ini soal etika publik,”
ujar juru bicara Santana.
Di era di mana satu
klik bisa jadi vonis, siapa pun bisa jadi tersangka atau pahlawan.
Relawan Jokowi menyebut video kritis itu sebagai fitnah. Santana menyebut situs
klarifikasi mereka sebagai propaganda. Publik pun terjebak dalam labirin narasi, di mana kebenaran
bukan lagi soal fakta, tapi soal siapa yang lebih dulu bicara.
Ironisnya, situs yang disebut bohong oleh
Santana justru mengklaim diri sebagai penjaga demokrasi. Tapi bukankah
demokrasi juga berarti hak untuk
bertanya, bukan hanya hak untuk membela?
Santana berencana melaporkan relawan Jokowi
dengan tuduhan penyebaran informasi palsu dan
pencemaran nama baik. Mereka mengacu pada UU ITE dan KUHP tentang
ketertiban umum. Namun relawan bisa berdalih bahwa mereka hanya meluruskan informasi yang menyesatkan publik.
Jika laporan ini benar-benar masuk ke ranah
hukum, maka kita akan menyaksikan benturan
antara dua pasal: pasal tentang kebebasan berekspresi dan pasal tentang
penyebaran hoaks. Dan seperti biasa, hukum akan menari di antara
keduanya.
Di negeri ini, bertanya bisa dianggap
menyerang. Meluruskan bisa dianggap memfitnah. Dan situs klarifikasi bisa jadi
alat propaganda. Mungkin inilah saatnya kita bertanya: apakah kebenaran masih punya tempat di
republik yang sibuk menjaga citra?
Santana dan relawan Jokowi kini berdiri di
dua sisi cermin. Yang satu menuduh, yang lain membantah. Tapi publik hanya
ingin satu hal: kebenaran yang tak perlu
dibungkus narasi.
Darius Leka, S.H.
#santanavsrelawan #situsbohong #hoaksatauklarifikasi #perangnarasi #digitaldemokrasi #kebenarantanpacitra #jangkarkeadilan #foryou #fyp #edukasihukum
#advokat #shdariusleka #darkalawoffice #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar