Minggu, 09 November 2025

Cerita “Negeri di Bawah Bayang Solo”

Hukum seolah berjalan mundur, bukan ke arah keadilan, tapi ke arah asal kekuasaan.

JANGKARKEADILAN, JAKARTA –Jakarta, Agustus 2025. Di tengah riuhnya demokrasi pasca pemilu, satu suara menggema dari lorong digital; “Aparat masih dalam kendali Solo.”: Kalimat itu bukan sekadar kritik, tapi tudingan tajam dari Said Didu, mantan Sekretaris BUMN, yang menyaksikan bagaimana hukum seolah berjalan mundur, bukan ke arah keadilan, tapi ke arah asal kekuasaan.

Pemanggilan Abraham Samad, eks Ketua KPK, sebagai saksi dalam kasus dugaan ijazah palsu Presiden ke-7 RI, Jokowi, menjadi pemantik. Samad hanya berbicara di podcast, namun tiba-tiba harus berhadapan dengan aparat. Said Didu pun bersuara lantang; “Ini bukan soal ijazah, ini soal siapa yang masih mengendalikan hukum.” Menurutnya, pemanggilan ini adalah bukti bahwa dinasti Solo belum benar-benar pergi.

Ketika Prabowo Subianto menerbitkan Perpres 66/2025 yang mengatur pengawalan jaksa oleh TNI dan Polri, Said Didu menyebutnya sebagai “per*ng terbuka” terhadap geng Solo. Ia melihat ini sebagai upaya menggoyang dominasi lama yang telah lama bercokol dalam sistem hukum dan kekuasaan.

Di negeri yang katanya demokratis, hukum tak lagi berdiri tegak, tapi membungkuk pada bayang kekuasaan. Aparat bukan lagi pelindung rakyat, tapi pelayan dinasti. “Negeri ini bukan kekurangan hukum, tapi kelebihan pengaruh,” ujar netizen dengan getir. Said Didu menyebutnya “pengangk*ngan hukum”—sebuah istilah yang tak hanya vulgar, tapi juga menggambarkan betapa hukum telah dijadikan tunggangan politik.

Per*ng semesta yang dimaksud Said Didu bukan per*ng fisik, tapi per*ng narasi, per*ng kesadaran, per*ng melawan oligarki yang menyamar sebagai demokrasi. Ia mengajak publik untuk tidak tunduk pada bayang-bayang Solo, dan mulai menyalakan lentera hukum yang merdeka.

Sekadar refleksi; “Aparat masih dalam kendali Solo” bukan sekadar kritik, tapi alarm bahwa reformasi hukum belum selesai. Dinasti politik yang kuat bisa mengaburkan batas antara kekuasaan dan keadilan. Dan Said Didu, dengan segala kontroversinya, memilih berdiri di sisi yang menggugat.

Salam Keadilan,

Darius Leka, S.H.

 

#dinastisolo #aparatdikendalikan #hukumtumpulkeatas #jokowieffect #negeridalambayang #kritikitucinta #lawanoligarki #beranibersuara #jangkarkeadilan #foryou #fyp #edukasihukum #advokat #shdariusleka #darkalawoffice #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar