Jumat, 07 November 2025

“BOTI APAAN SIH?” — Sebuah Potret Politik, Pose, dan Publik yang Tak Lupa

Netizen tak lupa | Foto: Istimewa

JANGKARKEADILAN, JAKARTA – Ahmad Sahroni, politisi flamboyan dari Tanjung Priok, kembali muncul di media sosial setelah tiga bulan menghilang. Bukan dengan permintaan maaf. Bukan pula dengan refleksi. Tapi dengan sebuah foto. Pose santai. Senyum tipis. Caption-nya: “BOTI.”

Publik pun bertanya-tanya: Boti apaan sih?

Apakah itu kode? Sindiran? Atau sekadar gaya?

Kata “BOTI” ternyata bukan singkatan resmi. Tapi netizen punya tafsirnya sendiri: “Bocah Tiktok,” “Boleh Oplas Tapi Intelek,” hingga “Bebas Omong Tapi Imun.” Semua berspekulasi, karena Sahroni sendiri tak menjelaskan. Ia hanya menanggapi dengan santai: “Biarin aja, yang penting gue gak dipecat.”

Namun, di balik unggahan itu, ada pertanyaan hukum yang lebih dalam: mengapa ia tak dipecat? Padahal sebelumnya, ia sempat disorot karena dugaan pelanggaran etik dan absensi yang buruk.

Majelis Kehormatan Dewan (MKD) memutuskan tidak menjatuhkan sanksi pemecatan. Alasannya? Tidak cukup bukti. Tapi publik bertanya: Apakah ini soal bukti, atau soal siapa yang punya kuasa?

Sahroni bukan satu-satunya politisi yang lolos dari jerat etik. Tapi ia mungkin satu dari sedikit yang merayakannya dengan gaya. Di negeri ini, ketika rakyat menuntut akuntabilitas, wakilnya malah membalas dengan estetika.

“BOTI” menjadi simbol baru. Bukan hanya tentang Sahroni, tapi tentang bagaimana elite politik merayakan kebal hukum dengan gaya hidup selebgram. Di tengah krisis kepercayaan, yang ditawarkan adalah konten.

Netizen tak lupa. Mereka mengingat unggahan lama Sahroni di lapangan golf, saat rakyat antre minyak goreng. Mereka ingat janji-janji yang tak ditepati. Mereka tahu, di balik senyum dan filter Instagram, ada sistem yang membiarkan pelanggaran berlalu tanpa konsekuensi.

Demokrasi bukan panggung catwalk. Ia butuh integritas, bukan impresi. Butuh pertanggungjawaban, bukan caption ambigu. Jika “BOTI” adalah simbol, maka biarlah ia jadi pengingat: bahwa publik tak sebodoh yang dibayangkan. (Darius Leka, S.H., M.H.)

 

#botiapaansih #posetanpaetik #sahronicomeback #mkddankawankawan  #publiktaklupa #jangkarkeadilan #foryou #fyp #edukasihukum #advokat #shdariusleka #darkalawoffice #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar