Kamis, 11 Juni 2020

Tantangan Untuk Keluarga di Zaman Ini

JANGKARKEADILAN.COM, JAKARTA – Keluarga selalu menjadi target. Kenapa? Karena keluarga adalah kehidupan, perjanjian, dan dasar dari terbentuknya masyarakat. Keluarga membawa stabilitas terhadap kemanusiaan dan kesatuan dalam negara-negara ... dalam sebuah frase: keluarga mewakili kasih Allah, dan Allah sendiri. Ini sejajar dengan hubungan antara Allah dan Gereja-Nya . Kehebatan keluarga berawal dari Allah. Dia menciptakannya  untuk kebaikan dan kebahagiaan umat manusia . Ini sungguh jenius ! Setiap orang dihargai , diterima  dan dicintai oleh keluarganya  (
lih. Familiaris Consortio , 28).

Kehidupan keluarga baru , dimulai melalui ikatan suci Sakramen Pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita. Yesus menggunakan Sakramen Pernikahan sebagai perumpaan dari kasih-Nya dengan Gereja-Nya yang Kudus.  Pernikahan adalah ketika dua orang membuat perjanjian suci untuk hidup dalam kasih dan menciptakan kehidupan (lih. Ef 5:29; Mat 19:5-6).

Sangat mudah untuk memahami mengapa ada seseorang tertarik untuk menghancurkan ikatan suci dan  keluarga . Dalam Perjanjian Lama , kita menemukan ratusan tantangan yang harus diatasi dalam keluarga . Sampai hari ini tantangan itu tetap ada , kita harus mengakui bahwa pasca era modernisasi telah membuka pintu untuk dosa baru dan ancaman baru . Dahulu , ancaman terhadap keluarga lebih rumit, lebih terselubung,  seperti yang telah diperingatkan Gereja kepada kita: " tragedi era ini adalah bahwa manusia kehilangan perasaan berdosa" (Reconciliatio et paenitentia, 18)  Dengan kata lain, generasi ini menyebut kebaikan itu jahat dan kejahatan itu baik . Hal ini  mempercepat hancurnya lembaga suci ini.

Sebuah karya besar arsitektur dibangun tidak hanya dengan bagian-bagian yang besar. Mereka harus didukung  dengan bagian-bagian kecil  untuk membentuk hasil akhir .Bagian besar dan kecil saling mendukung dan membantu . Semua potongan memiliki peran khusus, yang memberikan kekuatan dan keindahan . Keluarga adalah bagian paling inti (sel) dalam masyarakat . Keluarga adalah bagian bangunan dari masyarakat dan Gereja. Di sini kita memahami Gereja untuk bersatu dengan keluarga-keluarga. Persatuan ini adalah tanggapan yang tepat untuk seruan Tuhan kita: " supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yoh 17:21)

Tetapi jika lembaga keluarga tidak dibangun pada skala yang lebih kecil, dengan kerendahhatian , kesederhanaan , menyembunyikan hal-hal istimewa yang seharusnya dipupuk - maka tidak akan ada saksi kesatuan pada skala yang lebih besar. Keluarga akan berkembang hanya jika didasarkan pada cinta. Misi utamanya adalah untuk mengawasi , keterbukaan dan mengkomunikasikan kasih

Namun demikian, jika cinta tidak dihidupi dan ditularkan dari bagian yang paling inti ini, maka sesuatu akan terjadi  di dalam masyarakat dan dunia . Kemurahan hati, kerja sama dalam tim , pengertian, pengampunan , pengertian , sukacita , dan rasa syukur,  yang dibutuhan masyarakat akan hilang jika tidak ada di dalam ikatan keluarga . Sebaliknya yang terjadi akan seperti yang dikatakan dalam Firman Allah: apa yang ditabur orang , itu juga yang akan dituainya, "dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka" (Mat 7:20).

Setiap hari selalu  bermunculan ancaman baru yang ingin menghancurkan hubungan keluarga. Sifat egois, hilangnya rasa hidup berkomunitas, dan penekanan pada hak-hak pribadi hanyalah beberapa contoh yang paling merusak . Pertumbuhan rasa kemanusiaan terhambat di bawah kondisi ini.

Krisis ini merupakan suatu seruan yang penting , karena perubahan yang sesungguhnya adalah perubahan  yang membawa manusia, masuk dalam kemuliaan Allah. “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.  Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” Kol 3: 1-2.

Pikirkanlah perkara yang diatas , bukan yang dibumi , adalah satu-satunya cara untuk menemukan kebenaran. Melakukan sebaliknya adalah mengundang kematian.

Keluarga bukan masalah jumlah individu, keluarga bukan pula sebuah perusahaan - meskipun dalam sebuah perusahaan ada tujuan bersama, mimpi bersama, cita-cita bersama. Ikatan tersebut sudah tidak ditemukan saat ini di banyak keluarga. Satu-satunya yang membuat mereka bersama-sama adalah bangunan secara fisik. Mereka hanya kelihatan seperti hidup dalam keluarga tapi sebenarnya hanya berbagi ruangan . Mereka tidak berhubungan satu sama lain . Bahkan rekening bank mereka terpisah. Rasa kekeluargaan rusak. Hanya ada permusuhan.

Pelukan dan kehangatan telah ditinggalkan. Keluarga seharusnya menjadi tempat yang aman , tempat perlindungan dari dunia luar, dukungan  yang diperlihatkan dalam  cinta dan penerimaan tanpa syarat. Sebagai contoh,  keluarga setidaknya meluangkan waktu  satu kali sehari untuk makan bersama-sama, yang sekarang sudah tidak dilakukan lagi.  Pola kerja dan komitmen lain telah mendorong anggota keluarga untuk makan sendiri. Dalam banyak budaya dan leluhur kita , meja adalah sesuatu yang sakral , di mana makan bersama berarti perayaan  dan sukacita. Membagi  makanan, minuman, percakapan dan berkat. Itulah saat yang digunakan untuk memfasilitasi hubungan keluarga. Mereka dapat berkomentar , dapat tertawa, dan memberikan dukungan melalui makan bersama. Semua orang belajar mendengarkan ketika seseorang bercerita,  dari cerita yang paling sederhana sampai cerita yang serius. Percakapan setelah makan bisa menjadi saat-saat yang paling intim, saling berbagi harapan dan kekhawatiran , keinginan yang baik dan saran . Mari kita bertanya kepada diri sendiri , apakah hal tersebut masih ada di dalam keluarga saya, atau kita makan  terburu-buru setiap hari ?

Untuk pemulihan hubungan dalam keluarga, untuk menjadi sumber kehidupan dan membawa identitas Kristus, keluarga harus pergi menghadap ke altar:
  • altar Ekaristi Kudus,
  •  altar makanan suci, dan
  • altar ranjang pernikahan
Dari ketiga altar itulah hubungan keluarga dipulihkan dan dipenuhi baik  secara rohani dan secara fisik. Apakah ketiga altar ini masih dihormati pada hari ini? Jika kita melakukan pemeriksaan singkat atas kenyataan yang ada , maka jawabannya adalah tidak ada . Hubungan keluarga saat ini banyak dipenuhi dengan tingkah laku yang tidak layak. Kita harus menggunakan ketiga altar diatas sebagai sumber kekuatan untuk menghadapi  ancaman-ancaman yang timbul.

Sebagai orang Kristen yang sudah dibaptis, kita harus memperhatikan bunyi alarm . Tanda-tanda peringatan yang tak salah lagi. Ketika badai  datang , tsunami , semua orang tahu bahwa ketika alarm berbunyi mereka harus lari  ke tempat yang aman atau mereka akan mati. Kita jangan naif dan berpikir bahwa semuanya baik-baik, mungkin malah kita sendiri juga telah kehilangan rasa kebenaran. Itulah sebabnya kita harus memeriksa di dalam diri kita,  mengambil tindakan yang tepat, dan  dimulai dengan keluarga kita sendiri . Ketika kita menemukan daerah yang lemah , minta bantuan! Ambil kekuatan dari  Tuhan.  Konsultasi dengan pasangan suami istri yang lebih berpengalaman. Cari konselor keluarga. Bertindak segera jangan terlambat. Ini juga merupakan tindakan persaudaraan untuk menjaga orang lain dari bahaya . Kita harus ingat bahwa "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima" (Kisah Para Rasul 20:35). Oleh karena itu, setelah menyadari adanya masalah, kita harus bertindak. Allah memanggil kita untuk bertindak . Yesus Kristus dalam Amanat Agung -Nya, dalam mandat misionaris , mengatakan : Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa, baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus (Matius 28:19).

ICCRS, organisasi yang melayani Pembaharuan Karismatik Katolik seluruh dunia , dengan kerendahan hati dan dengan iman yang dalam, telah membentuk  sebuah Komite Keluarga untuk menghadapi ancaman yang datang pada keluarga.  Komite ini bertujuan untuk menemani, membantu, mendorong dan merangkul keluarga.

Dengan cara ini , setiap keluarga didorong  untuk  membaca dan menerapkan Firman Yesus Kristus Tuhan kita sebagai landasan dalam hidup berkeluarga. Pada saat yang sama , kami berharap untuk menciptakan suatu jaringan  keluarga , dengan misi dari Roh Kudus ,  baik sebagai pendoa syafaat  dan sebagai pemersatu . Mereka adalah keluarga-keluarga yang telah mengalami Pencurahan dalam Roh Kudus dan menjalani kehidupan bersama Roh Kudus. Mereka menginjili keluarga lain sehingga mereka dapat menyambut Parakletos Ilahi dalam hati mereka . Mereka tahu satu-satunya yang bisa menyembuhkan, menjadi pengantara dan memberikan kehidupan baru, adalah sang pemberi Kehidupan. Perlu sekali mempromosikan reksa pastoral keluarga, membentuk pelayanan untuk  keluarga.

 Kami percaya dan bersukacita bahwa kami tidak sendirian dalam perjuangan ini . Di tempat lain, ada keluarga-keluarga yang miliki tujuan yang sama dengan kami, mewartakan Pentakosta Baru setiap saat. Kami tahu bahwa hanya dengan kuasa dari atas , kami dapat bergerak maju untuk mencapai tujuan. Yakin bahwa Yesus bersama dengan kami di tengah-tengah badai - meskipun tampaknya bahwa Dia sedang tidur di perahu - Dia bertindak segera setelah kami meminta. Dan juga memegang erat-erat tangan  Bunda Maria yang selalu berdoa untuk kita, marilah kita mengangkat kepala, berdoa, berjaga-jaga , dan mewartakan , serta berkomitmen untuk melindungi lembaga , yang kita sebut  keluarga.

Dalam keprihatinan kami untuk menyelamatkan lembaga ini, kita  akan segera memiliki kesempatan untuk menunjukkan kesetiaan terhadap Paus Benediktus XVI, yang telah memanggil kita  untuk bergabung dengannya dalam pertemuan Keluarga Seluruh Dunia  (World Meeting of Families) di Milan, Italia, 30 Mei – 3 Juni 2013.

Paus juga mengundang kita untuk bersatu dalam doa dengan seluruh keluarga di dunia, semoga  pertemuan Keluarga Seluruh Dunia yang ketujuh ini  akan diberkati dengan buah berlimpah.

Ini akan menjadi kesempatan besar untuk memberitakan keseimbangan dalam kehidupan keluarga. "Keluarga: Pekerjaan dan Perayaan".

___________________________________  
María Eugenia F. de Góngora/ ICCRS Newsletter Edisi Mar-Apr 2013/ Sumber: www.karismatikkatolik.org/ Foto: diambil dari website ICCRS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar