Ada beberapa tantangan dan keperihatinan yang sedang terjadi saat ini:
1. Rapuhnya nilai kesetiaan dari perkawinan katolik.
Di abad yang serba praktis ini dengan arus hidup yang hedonisme, konsumeris, materialis ada sebagian kelurga kristiani yang mengalami persoalan di dalam menghayati nilai- nilai dasar perkawinan katolik. Ini berkaitan dengan penghayatan terhadap nilai monogamy perkawinan dan kesetiaan yang utuh terhadap pasangan hidup. Misalnya adanya PIL, WIL,TTM, Praktek poligami bahkan sampai pada keputusan untuk berpisah ketika suasana kelurga tidak harmonis,
2. Kemerosotan penanaman dan penghayatan religiusitas dalam keluarga
Arus hedonis, konsumerisme, dan materialis membawah dampak yang luar biasa bagi penanaman dan penghayatan nilai-nilai religiusitas di dalam keluarga. Ada banyak kasus yang di jumpai di lapangan bahwa munculnya perkembangan teknologi informatika membawah pengaruh negatif bagi penanaman dan penghayatan nilai- nilai religiusitas dalam keluarga. Irama hidup keluarga hanya disibukan dengan kegiatan yang jauh dari dari hal-hal rohani. Misalnya menonton TV dan VCD, bermain HP, Sibuk dengan playstation. Sehingga aktivitas rohani berupa doa pribadi, doa bersama, dan shering masalah iman dalam keluarga sering terabaikan.
3.Tantangan dari lingkungan keluarga
Tantangan-tantangan yang ada dihadapan keluarga tidak hanya berasal dari masyarakat luas melainkan juga dari lingkungan keluarga sendiri, baik dari keluarga besar maupun keluarga inti. Yang di maksud keluarga besar adalah suami-istri dan sanak saudara dari suami maupun dari istri di mana pun mereka berada. Sedangkan keluarga inti adalah suami-istri dan anak-anak. Contoh tantangan dari dalam keluarga inti;
- kurangnya transparansi antara suami dan istri,
- kurangnya kerukunan antara suami dan istri
- kurangnya komunikasi antara suami dan istri
- kurangnya kesetiaan suami dan istri
- adanya kecemburuan dari suami atau istri
- adanya dominasi suami atau istri atas pasanganya.
- adanya tindakan kekerasan dalam rumah tangga.
Globalisasi yang kuat ditandai dengan sistim persaingan kekuatan- kekuatan ekonomi antar Negara dengan sistim pasar bebasnya yang membawah dampak dalam kehidupan social, ekonomi keluarga dewasa ini. Hal ini harus membuat keluarga hidup dengan biaya ekonomi tinggi. Ekonimi biaya tinggi ini terjadi di segala sector: baik kebutuhan pokok, pelayanan jasa transportasi, pendidikan maupun berbagai pelayanan public. Ekonomi dengan biaya tinggi sering menimbulkan tekanan baik psikis maupun fisik yang bisa menjadi sumber kekerasan dalam rumah tangga.
Dalam menghadapi tantangan dan keperihatinan actual saat ini, gereja mempunyai beberapa harapan-harapan terhadap keluarga- keluarga kristiani: antara lain:
1. Keluarga yang mau di bangun harus dipersiapkan dengan baik.
Maksudnya bahwa: ada persiapan menjelang perkawinan yaitu persiapan:
- Persiapan Jauh. Persiapan sejak masa kanak-kanak terutama dengan pendidikan nilai, baik nilai manusiawi maupun nilai-nilai kristiani pada khususnya.
- Persiapan dekat. Hidup keluarga hendaknya disiapkan secara intensif sejak masa pacaran. Pemuda dan pemudi yang dalam tahap pacaran harus di dampingi secara bijaksana agar mereka dapat berpacaran dengan sehat. Hendaknya dalam masa pacaran mereka diharapakan lebih mengenal dengan baik keperibadian dari dari pasanganya masing-masing.
- Persiapan akhir. Beberapa bulan menjelang pernikahan calon pengantin disiapkan secara lebih intensif lewat kursus persiapan perkawinan, penyelidikan kanonik dan pengumuman nikah.
Hal ini antara lain berarti: bahwa ke dua mempelai harus mengawali hidup berkeluarga mereka dengan upacara peneguhan perkawinan sesuai dengan hukum gereja, seperti termuat dalam kitab hukum kanonik dari kanon 1108- 1123.
3. Keluarga menjadi komunitas hidup dan kasih
Gereja berharap bahwa keluarga menjadi komunitas kehidupan dan kasih yang ditandai oleh sikap hormat dan syukur terhadap anuhgerah kehidupan serta kasih dari semua anggotanya. Harapan gereja ini antara lain terungkap dalam konstitusi pastoral konsili vatikan ke II yakni “gaudium et spes 48” dan seruan apostolic paus Yohanes Paulus ke II yang berjudul” familiaris consortio 17-41”.
Marilah melihat kenyataan hidup kelurga saat ini dalam terang iman dan
Semoga lewat tulisan ini dan bagi siapa saja yang membacanya dapat bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan masyarakat di sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar