Jumat, 12 Juni 2020

Selamat Jalan Adik Bungsuku

JANGKARKEADILAN.COM, JAKARTA – Tanggal 6 Juli 1981, bagi keluarga besar Dominikus Kewa adalah menjadi momen bahagia yang tidak bisa diukur oleh apapun.

Tuhan memberikan seorang perempuan mungil yang dilahirkan oleh ibunya Veronika Muku Jawa. Oleh keluarga memberikan nama KATARINA TAWA OWA yang akrab disapa Rina.

Keluarga yang dikaruniai enam anak laki-laki tentunya kehadiran Rina menjadi kebanggaan keluarga walau tidak lama berselang sekitar usia tiga tahun bapak harus berpulang ke rumah BAPA di Surga. Bapak tidak sempat mengalami masa-masa indah dan menyaksikan aksi lucu bersama putri bungusnya.

Melewati masa anak-anak, remaja hingga dewasa Rina hidup bersama ibu dan para saudaranya. Minim dokumentasi sehingga wajah bapaknya ketika ditanya, ia hanya menjawab "lupa" yang dalam bahasa daerah disebut "ghewo atau Mona be'o". Saking sayangnya kepada adik bungsuku, sempat susah senang bersama saya di Jakarta sekitar lima tahun sejak 2004 hingga 2010. Saya boyong ketika libur tengok ibu.

Memasuki usia dewasa Rina, saya antar ke kampung, untuk membantu dan menemani ibu karena saudara lainnya sudah berkeluarga dan memiliki aktivitas sendiri. Apalagi ibu usianya sudah tidak muda lagi. "Ine Vero negha bupu ga'e".

Tidak lama berselang sekitar satu atau dua tahun saya dikabarkan ia akan menikah dengan pria pilihannya. Sebagai kakak tentu berharap agar bisa saling pelihara disaat susah maupun senang, sehat maupun sakit. Soal rezeki biarlah Tuhan yang mengatur. Yang terpenting mau kerja keras dan tidak malu.

Dalam menjalankan kehidupan berkeluarga bersama keluarganya, informasi yang saya dapat mereka harus melewati banyak lika-liku. Dan hal itu biasa. Keluarga mana pun dipastikan mengalami jatuh bangun.

Di akhir bulan Januari 2020, saya mendapatkan informasi dari adik Kasmir di Malang bahwa Rina, sakit. Untuk mengetahui sakit apa, saya berusaha untuk klarifikasi ke yang bersangkutan.

Awal Februari 2020 walau sudah memiliki suami, sebagai bentuk perhatian, menyarankan agar diperiksa ke dokter untuk mengetahui sakit apa sesungguhnya yang diderita.

Rina sempat ke rumah sakit, namun hilang kontak. Harapan saya mungkin sudah sembuh sehingga mulai sibuk dengan urusan sawah-ladang. Apalagi di musim penghujan, sebagai keluarga petani harus pintar membaca tanda-tanda alam agar bisa panen sesuai harapan.

Diakhir Maret 2020 saya dikabarkan bahwa Rina sakit dan dibawa untuk dirawat di rumah ibu di kampung Rega, Boawae. Dibenak saya Rina dirawat dalam pengawasan dokter. Minimal rawat jalan. Dan ternyata tidak. Dirawat ala kadarnya dengan mengandalkan obat-obat kampung.

Lagi-lagi mendengarkan kabar tersebut saya memaksakan keluarga di kampung untuk segera diantar ke dokter karena info yang saya dapat perutnya besar dan susah buang air.

Puji Tuhan, bersama keluarga besar di Rega mereka mengantarkannya ke Puskemas Boawae. Karena keterbatasan sarana dan prasarana akhirnya di rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Bajawa.

Informasi lanjutan yang saya dapat bahwa Rina harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap misalnya rumah sakit yang ada di luar Pulau Flores.

Karena pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia sehingga sementara waktu mengkonsumsi sisa obat-obatan yang ada dibantu dengan obat-obat herbal sambil melihat situasi perkembangan percepatan penanganan Covid-19.

Karena saya tidak melihat fakta-fakta lapangan seperti apa yang terjadi maka saya terus mendorong suami dan keluarga agar duduk bareng untuk mencari solusi (gae zala) supaya bisa segera diantar ke Bali atau Jakarta. Lagi-lagi tidak direspon dengan baik oleh suami dan keluarga besar.

Sekitar tanggal 22 Mei 2020 saya dikabarkan lagi bahwa Rina sudah tiga hari tidak makan. Dengan nada marah dan memaksa memerintahkan agar segera membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.

Lagi-lagi tidak dijalankan dengan baik oleh suami dan keluarga besar. Akhirnya tanggal 27 Mei 2020 sekitar pukul 4.07 Wib saya mendapatkan feeling kurang baik. Semalaman tidak tidur. Tidak tau penyebabnya apa. Ternyata sekitar pukul 07.00 Wib di medsos sudah tersebar info bahwa adik bungsuku Rina telah berpulang ke rumah Tuhan di Surga. Tenyata Tuhan lebih menyayanginya. DIA panggil pulang adik Rina ke Surga.

Saya diam dan tak berdaya. Seolah tidak pecaya dengan informasi tersebut. Hanya air mata yang mengalir.

Walau saya sadar sepenuhnya bahwa hidup dan mati ada di tangan Tuhan. Namun kekecewaan atas ketidak sigapan suami dan keluarga untuk menangani secara serius berdampak buruk hingga nyawa anak manusia harus menghembuskan nafas terakhirnya.

Peristiwa ini tentu saya memiliki perbedaan pandangan sekaligus pendapat dengan keluarga yang katanya telah berusaha. Usaha seperti apa akan saya mengkajinya terutama dari sisi hukum dan hak asasi manusia.

Ketika nyawa manusia mengalami pembiaran baik secara fisik maupun psikis dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapussan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) diatur suami, istri dan/ atau keluarga yang diduga membiarkannya menderita mendapat sanksi pidana minimal tiga tahun penjara. (Sekadar catatan untuk diketahui).

Walau tidak bisa menghantarkan adik bungsuku ke tempat peristirahatan terakhir di Boanio, Mbay karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kami sekeluarga tak henti-hentinya berdoa. Agar bahagia dalam kasih Tuhan di Surga abadi, sembari memohon kerahiman Tuhan untuk mengampuni atas segala dosa salahnya.

Dengan iman dan kepercayaan kepada Tuhan, Rina sudah bahagia di Surga. Dia tidak lagi merasakan rasa sakit, dan perih yang mengerikan seperti disaat berada di dunia fana.

Saya mohon maaf adikku bila telah mengecewakan hatimu. Banyak janji yang belum saya tepati. Semoga menjadi pendoa bagi kami.

Kepada ibuku tercinta, janganlah terlalu menangis. Janganlah terlalu bersedih. Ikhlaskan anakmu Rina. Agar perjalanannya tidak mengalami hambatan. Kini Rina sudah bertemu dengan bapak serta para leluhurnya di kehidupan abadi bersama Tuhan Sang Pencipta.

"Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru". (Roma 6:4)

_____________________
Adv. Darius Leka, SH.MH (Kakakmu tercinta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar