Kamis, 11 Juni 2020

Press Release Sekretariat Bersama Ormas-Ormas Katolik DIY Atas Penyerangan Umat di Sleman, Yogyakarta

Sembahyangan Rosario merupakan sembahyangan rutinitas umat Katolik di seluruh dunia. Sembahyangan doa rosario biasanya diadakan pada bulan Mei dan Oktober, karena pada bulan tersebut umat Katolik secara khusus mempersembahkan doa dan persembahan bagi Bunda Suci Maria.
JANGKARKEADILAN.COM, YOGYAKARTA – Layaknya tradisi, bagi umat Katolik di Indonesia, sembahyangan Rosario biasanya menjalankan doa tersebut dari rumah ke rumah selama sebulan penuh. Jadi pada bulan Mei dan Oktober, rumah dari umat Katolik akan dikunjungi oleh umat lain guna melaksanakan sembahyangan Rosario. Sembahyangan Rosario tersebut biasanya dilaksanakan mulai pukul 19.00 WIB.

Kejadian pada Kamis, 29 Mei 2014, pukul 19.00 WIB di Dusun Tanjungsari, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman Yogyakarta, umat Katolik lingkungan St. Gregorius Agung Paroki Keluarga Kudus Banteng, mengadakan sembahyang Rosario rutin hari ke 29 dan pada malam itu rumah korban, Bapak Julius mendapat giliran rumahnya sebagai tempat sembahyangan rutin tersebut.

Sebagai sembahyangan rutin, maka sembahyangan Rosario bukanlah sembahyangan mengada-ada. Atau sembahyangan yang ingin memancing keributan atau sembahyangan di adadakan secera isidentil, akan tetapi sembahyangan terencana umat selama satu bulan penuh.

Dengan demikian umat Katolik DIY dan juga masyarakat DIY, kiranya perlu untuk diberikan pencerahkan agar, isu yang beredar di luar tidak simpang siur yang tentunya membawa keresehan bagi masyarakat DIY secara umum dan umat Katolik secara khusus.

Oleh karena itu, kasus penyerangan oleh kelompok-kelompok tidak bertanggungjawab terhadap kegiatan sembahyangan rutin tersebut, sangat di sayangkan dan tentu saja menceferai nilai-nilai toleransi sebagaimana tertuang dalam UUD NKRI. Ormas-ormas Katolik  yang tergabung dalam sekretariat bersama (Sekber) ormas Katolik DIY mengutuk keras tindakan kekerasan tersebut diatas.

Untuk itu, Ormas-ormas Katolik DIY dan didukung oleh Penghubung Karya Kerasulan dan Kemasyarakatan (PK3) Kevikepan DIY menyampaikan sikap atas kejadian yang telah menimpa umat Katolik lingkungan St. Gregorius Agung Paroki Keluarga Kudus Banteng, Sleman Yogyakarta.

Pertama, mengutuk dengan keras tindakan penyerangan dan kekerasan terhadap umat Katolik lingkungan St. Gregorius Agung Paroki Banteng, yang sedang melakukan sembahyangan Rosario rutin tersebut.

Kedua, tindakan penyerangan terhadap kegiatan keagamaan tersebut telah menyalahi UUD NKRI dimana, setiap warga negara berhak untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing serta beribadat menurut keyaninanya tersebut.

Ketiga, sembahyangan Rosario merupakan sembahyangan rutinitas umat Katolik pada bulan Mei dan Oktober. Pada bulan tersebut, umat Katolik di seluruh dunia mengadakan sembahyangan Rosario yang biasanya diadakan dari rumah ke rumah umat Katolik selama satu bulan penuh. Kejadian penyerangan tersebut tidak ada hubunganya dengan pemilu presiden 9 Juli Mendatang. Motif penyerangan tersebut murni “kekerasan” yang mengganggu aktifitas keagamaan tertentu.

Keempat, penyerangan tersebut menimbulkan dampak psikologis bagi korban yang berada di TKP karena para penyerang datang menyerang membabi-buta dengan menggunakan, batu, pentungan dan benda tumpul lainnya.

Kelima, penyerangan tersebut, meresahkan masyarakat Yogyakarta, dimana Yogyakarta merupakan kota istimewa, kota yang multikultur. Kejadian ini tentunya menjadi catatan bahwa keberadaan Yogyakarta sebagai kota Istimewa dan kota Multikultur menjadi tercoreng karena ulah para pelaku kekerasan tersebut.

Keenam, meminta kepada aparat penegak hukum dalam hal ini aparat kepolisian agar segera menuntaskan kasus tersebut. Menangkap para pelaku serta mengungkap motif dibalik penyerangan tersebut. Dengan demikian masyarakat tidak resah dengan keadaan yang ada. Hukum harus ditegakan seadil-adilnya kepada siapa saja yang telah melakukan kekerasan di DIY, tanpa memandang apapun.

Ketujuh, kita minta agar masyarakat DIY tetap menjaga kondusifitas di Yogyakarta. Jangan sampai terpancing oleh isu-isu yang beredar tidak jelas diluar sana. Sehingga Yogyakarta yang Istimewa ini tetap aman, nyaman, damai dan tentram.

Salam Yogyakarta Istimewa tanpa Kekerasan!!

Yogyakarta 30 Mei 2014

Hormat Kami,
Sekretariat Bersama Ormas-Ormas Katolik DIY


Hendri Santoso
Ketua Presidium PMKRI Cab. Yogyakarta St. Thomas Aquinas


Ignatius Ganjar Tri
Ketua Pemuda Katolik Komda DIY


Ig. Madyantiwi Sudarto, SH, M.Si
Koordinator Presidium WKRI DPD DIY


Ignasius Suryadi, S.Pd
Ketua ISKA Korda DIY


Sigit Widiarto, SH
Ketua FMKI DIY

Agustinus Sukaryadi, S.Pd, S.Sos
Ketua PK3 Kevikepan DIY

(Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia, Pemuda Katolik, Wanita Katolik Republik Indonesia, Ikatan Sarjana Katolik, Forum Masyarakat Katolik Indonesia) didukung oleh Penghubung Karya Kerasulan dan Kemasyarakata (PK3) Kevikepan DIY

_________________
(deel/komdaaceh/floresa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar