Kamis, 11 Juni 2020

FMKI Keuskupan Bogor, Sepakat Menjadi Tanda Bagi yang Miskin dan Lemah

“Menjadi tanda-tanda harapan bagi yang miskin dan lemah” adalah tema yang diusung dalam pelaksanaan Rapat Kerja (Raker) Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) Keuskupan Bogor, tanggal 6-7 Desember 2014.
JANGKARKEADILAN.COM, BOGOR – Raker yang dihadiri sekitar 30-an orang itu adalah pengurus FMKI dari Kabupaten/ Kota serta paroki-paroki yang ada di Keuskupan Bogor, dibuka dan ditutup dengan Misa Kudus. Bertempat di Kampus Diklat Kemendagri Kemang-Bogor, pelaksanaan Raker berlangsung lancar dan sukses.

Hadir sebagai pembicara/ narasumber adalah Ketua FMKI Keuskupan Bogor, Anton Sulis, Moderator FMKI Keuskupan Bogor, RD. Benyamin Sudarto, Ketua Komisi Kerasulan Awam dan Kemasyarakatan, RD. Paulus Haruna, Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAAK), RD. Mikail Endro Susanto, Direktur Pusat Studi Pesantren, Achmad Ubaidillah, Ketua Komisi Mitra Perempuan, Yosefin Lely Kusumaningsih.

Peserta Raker mendapatkan banyak arahan-arahan seputar isu-isu yang menjadi prioritas utama yang bisa dilakukan di tahun 2015 mendatang selain menjadi tuan rumah pertemuan FMKI tingkat Nasional tahun 2016. Arahan dan masukkan yang bertujuan untuk bisa merealisasikan program kerja dan menyiapkan orang-orang yang memiliki panggilan untuk terlibat dalam pelayanan terhadap masyarakat.

Program kerja yang dirumuskan adalah hal-hal yang sifatnya konkrit dalam mengedukasi serta mengadvokasi terhadap isu-isu yang terjadi di masyarakat sekarang ini seperti masalah Sosial, Ekonomi, Politik, Hukum, Lingkungan Hidup, Hak Asasi Manusia, dan lain-lain. Dari program kerja ini, FMKI Keuskupan Bogor sepakat hadir menjadi tanda-tanda harapan bagi yang miskin dalam lemah.

Didukung Hirarki
Seperti diungkapkan Anton Sulis, bahwa FMKI harus melakukan hal yang nyata. Action itu jauh lebih penting. FMKI cabang Depok misalnya diharapkan bisa diperdayakan lagi hingga ke tingkat paroki agar bisa berjalan baik lagi.

“Hirarki sudah sangat mendukung atas keberadaan FMKI. Sekarang hanya kita yang bisa melakukan atau mengaplikasikan secara riil di masyarakat dalam membangun komunitas serta meluangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang riil. FMKI potensinya sangat luar biasa. Ke depan akan terus kita lakukan untuk menjadi lebih baik lagi. Keuskupan memberikan harapannya kepada FMKI”, ujar Anton.

Senada dengan Anton Sulis, RD. Mikail Endro Susanto dalam kotbah misa Raker hari kedua mengatakan, “Sikap dan tindakan yang berpihak pada yang miskin dan lemah adalah merupakan misi gereja. Dalam mewartakan karya penyelamatan Tuhan, harus melibatkan pribadi-pribadi sebagai perpanjangan tangan dari Tuhan.

“FMKI merupakan perpanjangan tangan dari Tuhan sendiri maka FMKI harus berbuat sesuatu bahkan harus paling depan. Artinya gereja harus menunjukan kehadirannya. Gereja yang tekenal dengan suara moralnya untuk melihat tanda-tanda dan memberikan harapan bagi yang miskin dan lemah. Jika terjadi persoalan memang tidak mudah seperti membalikan telapak tangan tetapi akan mengalami tantangan baik dari luar maupun dari dalam gereja itu sendiri. Apakah kita harus menyerah? Justru tidak. Yohanes Pembaptis misalnya, dia terus melakukan usaha-usaha”.

Anggota FMKI dalam menjalankan tugasnya jangan tanggung-tanggung atau putus asa. FMKI walau banyak tantangan harus terus memperjuangkan untuk membuahkan kebaikan. Misi pelayanan gereja bukan hanya tugas dari uskup, imam, biarawan tetapi menjadi tugas bersama dengan menjalankannya sebaik-baiknya sehingga bisa memberi pengaruh postif dalam masyarakat, harap Romo Endro.

Hadir dalam Masyarakat
RD. Benyamin Sudarto dalam menyampaikan relevansi peran FMKI dan visi Keuskupan Bogor juga mengatakan para Imam itu selalu dikonotasikan untuk tidak boleh masuk dalam politik praktis. Karena para klerus merupakan simbol pemersatu. Tetapi para Pastor juga bisa mengambil peran yang bisa dimungkinkan. Misalnya mendorong umat untuk terlibat dalam politik jika para Romo tidak mau melilibatkan diri dalam poltik praktis. Jangan alergi dengan politik praktis. Sebagai orang Katolik, kita tidak hanya berdoa atau berurusan dengan hal-hal di seputara altar saja, tetapi harus terlibat dalam menyuarakan yang berkaitan dengan pemasungan hak asasi manusia, martabat manusia, kebebasan beragama, dan lain sebagainya.

“Kesejahteraan umum adalah tanggungjawab dari seluruh masyarakat termasuk orang Katolik. FMKI Keuskupan Bogor adalah wadah bersinerginya awam, baik perorangan maupun perserikatan/ organisasi untuk berkiprah dalam “Politik praktis demi kesejahteraan umum. Jangan mandeg, puas dengan diri sendiri; tetapi harus mengembankannya atau menancapkan akarnya ke daerah dan semakin hadir dalam masyarakat yang realitas, relevan, signifikan”.

Lebih lanjut Pastor yang kini bertugas di Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Kota Wisata-Cibubur itu berharap “Orang Katolik khususnya kaum muda untuk terlibat aktif dalam dunia politik. Jangan mengatakan politik itu kotor. Justru politik adalah bermartabat dan baik. Oleh sebab itu FMKI Keuskupan Bogor harus bisa melakukan gerakan pembaruan yang dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan serta membangun relasi, terbuka, peduli dengan semua orang dan harus bertindak atau bertugas untuk mengangkat nilai-nilai kemanusiaan yang injili demi kemanusiaan”, pesannya.

Sikap Apatisme
Semua kegiatan yang dilakukan FMKI selama ini sudah berjalan baik dan lancar. Namun tidak berarti selalu berjalan mulus. Tentu adanya kendala-kendala. Kendala itu menurut Ketua FMKI Keuskupan Bogor, Anton Sulis adalah lebih kepada sikap apatisme umat.

“Kendala-kendala yang terjadi selama ini adalah lebih kepada sikap apatisme yang berhadapan dengan kultur. Jadi kita harus banyak mengeluarkan energi khusus untuk mendorong umat untuk supaya mulai punya ketertarikan dengan kehidupan sosial bermasyarakat”.

Walau dihadapkan dengan banyak kendala-kendala, satu solusi yang perlu dicatat adalah “kesetiaan”. Karena dalam prosesnya itu kita harus tetap setia untuk lebih mendorong keterlibatan dan ketertarikan dari masyarakat itu sendiri. Pasca Raker FMKI harus mempunyai satu orientasi yang sama yaitu adanya gerakan nyata untuk masyarakat. Tidak hanya datang dari inisiatif saya tetapi mulai datang dari teman-teman. Karena ke depan kita harus melakukan hal-hal yang lebih riil, harapnya.

___________________
(Darius Leka, SH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar