Selasa, 13 Juni 2017

Jejak Langkah Theophilus Bela, Dibukukan

Dr. Andreas Hugo Parera bersama Theophilus Bela (kanan)
JANGKARKEADILAN.COM, JAKARTA – Selain merayakan hari ulang tahunya yang ke-75, Theophilus Bela menerbitkan buku biografi tentang perjalanan hidupnya baik dalam negeri maupun luar negeri. Namun buku tersebut secara khusus ia persembahkan bagi putrinya dr. Stella Evangeline Bela M.Gizi, SpGK yang berpulang ke rumah Bapa di surga pada 9 Januari 2017 silam.

“Selain ulang tahunku yang ke-75 tahun, buku ini kupersembahkan untuk anakku yang telah berpulang ke rumah Bapa di Surga, dr. Stella Evangeline Bela M.Gizi, SpGK”, demikian yang ucapkan Theophilus Bela dalam acara bedah buku yang berjudul “Di Tengah Hambatan Beribadah Umat Kristiani” di Graha Betel, Jalan A.Yani No. 65, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Jumat (9/6/2017).

Bapak murah senyum yang lahir 9 Juni 1942 ini merupakan tokoh, aktivis dialog antar agama, ia juga merupakan mantan Ketua Umum FKKJ (Forum Komunikasi Kristiani Jakarta) telah mengukir banyak prestasi-prestasi yang terkait dengan kegiatan sosial kemanusiaan yang patut dibanggakan dalam lembaran sejarah hidupnya.

Hadir dalam acara tersebut diantaranya Ketua DPP PDI-P Dr. Andreas Hugo Parera, tokoh NTT Blasius Bapa, Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama Ir. Mochamad Iqbal Sullam, mantan anggota DPR-RI Dr. Frans Tshai, Laksma (Purn) TNI Bonar Simangunsong, Siti Ame Tobing br Silitonga, Pdt. Marihot Siahaan dan para undangan lainnya.

Laksma (Purn) TNI Bonar Simangunsong dalam kesempatan itu mengatakan dirinya bersama pak Theo sudah saling mengenal sejak tahun 1999 hingga saat ini.

“Kami sangat akrab dalam bekerjasama. Saya sangat merasakan ketekunan, ketelitian dan kesederhanaan beliau sejak saat itu hingga saat ini. Beliau juga tidak neko-neko, bergiat tanpa memikirkan imbalan. Betul-betul seorang pelayan Tuhan yang setia” ungkapnya.

Hal yang sama juga dikatakan Ir. H. Mochamad Iqbal Sullam. Menurut Iqbal, Pak Theo sudah bertahun-tahun bersinergi disemua lini dengan Inter Religion Council (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, NU, Muhamadyah) dalam upaya meningkatkan harkat, marwah dan martabat bangsa ini menuju kesejahteraan yang berkeadilan.

“Kami yakin bersama dengan pak Theo, seorang tokoh senior dari Inter Religion Council (IRC) dengan kearifan dan keikhlasan dapat meperkuat ikatan-ikatan yang longgar ataupun rapuh dari jembatan yang telah susah payah dibentangkan”, ujar Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama ini

Tokoh NTT Blasius Bapa menuturkan sejak meninggalkan tanah kelahiran Maumere-Flores untuk studi ke Jakarta termasuk mendapatkan beasiswa di Jerman, keluarga pun tahu. “Kami sebagai keluarga tahu setelah dia, sukses menyelesaikan studinya”, katanya.

Sementara Andreas Hugo Parera, melihat pak Theo adalah sebagai sosok motivator. Dikatakan Andreas hingga mendapatkan beasiswa S2 ke Jerman sekitar tahun 1990 berkat dukungan pak Theo.

“Pak Theo yang juga lulusan Jerman dan pernah tinggal di sana terus meyakinkan dan mempersiapkan segala kelengakapan adminitrasi saya untuk studi di Jerman. Padahal Jerman adalah bukan target saya. Dengan gaya pak Theo yang santai tapi tegas dan disiplin terus didorong untuk belajar bahasa Jerman. Ahirnya pada tahun 1992 saya berangkat ke Jerman”, cerita Andreas.

Andreas juga berterima kasih kepada pak Theo yang membuka jalan untuk studinya magister di Jerman dan mengenal dunia luar.

Selain itu Andreas mengatakan sosok pak Theo harus bisa diteruskan oleh para generasi muda asal NTT. Beliau mampu memobilisir perhatian dan dukungan dari segala penjuru dunia untuk memberikan perhatian pada persoalan kehidupan kerukunan umat beragama di Indonesia.

“Saya kira pada hari banyak anak muda asal NTT yang hadir agar mereka bisa melanjutkan apa yang digeluti Pak Theo bersama dengan tokoh-tokoh nasional lintas agama seperti mantan Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam organisasi Inter-faith Dialog,” ujar Andreas.


_________________
Darius Leka, SH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar