![]() |
| “Yang satu membangun jalan, yang lain dibungkam di jalan” |
JANGKARKEADILAN, JAKARTA — Soeharto dan Marsinah. Dua nama yang tak pernah berdampingan dalam buku sejarah. Yang satu, simbol kekuasaan Orde Baru. Yang lain, ikon perlawanan buruh yang tewas misterius usai mogok kerja.
Kini, keduanya disandingkan dalam daftar pahlawan nasional.
Gibran menyebut ini sebagai bentuk rekonsiliasi dan kedewasaan berbangsa.
Tapi publik terbelah: apakah ini langkah maju, atau justru
pengaburan luka?
Pemberian gelar pahlawan nasional bukan sekadar penghargaan.
Ia adalah pernyataan politik. Ia menentukan siapa yang dikenang, dan bagaimana
sejarah ditulis ulang.
- Soeharto,
presiden 32 tahun, dikenal dengan pembangunan dan stabilitas, tapi juga
pelanggaran HAM dan pembungkaman demokrasi.
- Marsinah,
buruh perempuan, menjadi simbol perjuangan kelas pekerja dan korban
kekerasan negara.
Menyatukan keduanya dalam satu panggung pahlawan adalah
langkah berani—atau berisiko.
Bayangkan buku sejarah edisi baru: Soeharto dan Marsinah
berdiri berdampingan, tersenyum di halaman yang sama.
“Yang satu membangun jalan, yang lain dibungkam di jalan.”
Apakah ini rekonsiliasi, atau sekadar kompromi politik
menjelang tahun-tahun penuh kalkulasi?
Pahlawan adalah mereka yang dikenang. Tapi ingatan bukan
hanya soal patung dan prasasti. Ia juga soal luka yang belum sembuh, soal suara
yang pernah dibungkam.
Dan kini, di antara monumen Soeharto dan makam Marsinah,
negara menabur bunga rekonsiliasi. Tapi apakah bunga itu tumbuh dari kejujuran,
atau dari lupa?
Gibran menyebut ini sebagai langkah kedewasaan berbangsa.
Tapi rekonsiliasi sejati tak cukup dengan gelar. Ia butuh pengakuan, permintaan
maaf, dan ruang bagi korban untuk bersuara.
Karena sejarah bukan hanya milik pemenang. Ia milik mereka
yang pernah kalah, dibungkam, dan kini menuntut diingat.
Darius Leka, S.H.
#pahlawanuntuksiapa #rekonsiliasiatauromantisasi #marsinahdansoeharto
#gelarpahlawannasional #lukasejarah #pahlawandanpenguasa #ingatjanganlupa #rekonsiliasitanpalupa
#jangkarkeadilan #foryou #fyp
#edukasihukum #advokat #shdariusleka #darkalawoffice #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar