
"Keadilan tak bisa dibangun dari permintaan pribadi, apalagi dari panggung drama politik"
JANGKARKEADILAN, JAKARTA – Dokter Tifa, tersangka dalam
kasus tudingan ijazah palsu Presiden Jokowi, meminta perlindungan kepada
Presiden terpilih Prabowo Subianto. Di tengah proses hukum yang berjalan,
permintaan ini menimbulkan pertanyaan: benarkah ini soal keadilan, atau
strategi politik yang dibungkus narasi persekusi?
Namanya Tifauzia Tyassuma, publik mengenalnya sebagai Dokter
Tifa. Ia datang ke Polda Metro Jaya bukan sebagai pelapor, tapi sebagai saksi
terlapor dalam kasus tudingan ijazah palsu Presiden Joko Widodo. Tapi
alih-alih membawa bukti baru, ia membawa permintaan: tolong tunjukkan
ijazah asli Jokowi.
Ia merasa berhak melihat dokumen itu. “Jati diri dari ijazah, secara analog,
itu kan sampai hari ini belum kita dapatkan,” katanya. Tapi hukum tak bekerja
atas dasar rasa ingin tahu. Ia bekerja atas dasar alat bukti.
Yang mengejutkan bukan hanya permintaannya kepada penyidik, tapi juga kepada
Presiden terpilih: Prabowo Subianto. Dokter Tifa berharap Prabowo
turun tangan. Ia menyebut dirinya sebagai korban kriminalisasi, dan meminta
agar “era baru” tidak dimulai dengan pembungkaman suara kritis.
Sebuah langkah yang menggugah tanya: apakah ini permohonan perlindungan,
atau tekanan politik terselubung? Apakah Prabowo diminta jadi pelindung
keadilan, atau tameng dari proses hukum?
Dalam dunia hukum, tersangka bukanlah korban. Tapi dalam dunia
politik, narasi bisa membalikkan peran. Dokter Tifa tahu, dalam era digital,
opini publik bisa lebih tajam dari pasal pidana. Maka ia bicara ke media, bukan
ke pengacara. Ia bicara ke presiden, bukan ke penyidik.
Dan publik? Mereka menonton. Antara simpati dan skeptis, antara ingin tahu
dan ingin tertawa. Karena di negeri ini, hukum seringkali kalah oleh narasi.
Dan narasi, jika dibungkus dengan cukup dramatis, bisa jadi senjata paling
ampuh.
Jika benar ada yang palsu, biarlah hukum yang membuktikan. Tapi jika yang
palsu justru narasinya, maka kita sedang menyaksikan sandiwara yang terlalu
mahal untuk ditertawakan.
Dan Prabowo? Ia kini berdiri di persimpangan: antara membiarkan hukum berjalan, atau tergoda untuk turun tangan. Tapi satu hal pasti: keadilan tak bisa dibangun dari permintaan pribadi, apalagi dari panggung drama politik.
Darius Leka, S.H.
#doktertifatersangka #ijazahjokowi #narasitanpabukti #kriminalisasiataustrategi
#prabowodiuji #etikadiujungpanggung #hukumbukandrama #jangkarkeadilan #foryou #fyp #edukasihukum #advokat #shdariusleka
#darkalawoffice #jangkauanluas @semuaorang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar