Kamis, 11 Juni 2020

Tuhan Lewat

Paskah artinya Tuhan Melewati.
Ya, Tuhan mau lewat.
Lantas apa yang harus kita lakukan?
Biarkan saja Dia lewat?
Atau ijinkan mampir?
Maxima Zorrequieta, putri asal Argentina, istri Pangeran William pewaris tahta kerajaan Belanda,  mau berkunjung ke wilayah Kalsdonk, Roosendaal. Ini sebuah kota kecil di selatan negeri kincir angin, dimana saya menetap waktu itu.

Hari itu, tidak seperti biasanya, banyak petugas lalu lalang tampak di jalanan. Bagian kebersihan kota bertugas lebih cepat dari biasa. Tapi suasana kampung kecil itu tetap tenang, nyaman dan lebih bersih sekalipun ada kesibukan ekstra.

Dari balkon saya menatap gerombolan-gerombolan kecil dari segala usia melangkah tergesa menuju Buurthuis, ‘balai desa’ tempat dimana sang putri akan mampir. Musim dingin yang selalu membuat malas dan lengang,  sontak berubah ceria. Mulai dari bayi dalam kereta dorong maupun gendongan hingga para lansia memenuhi jalan dan tempat yang menjadi tujuan kunjungan.

Sayapun tidak tinggal diam. Dengan cepat saya memakaikan jaket tebal, syal, topi, sarung tangan pada bayi saya yang waktu itu baru 6 bulan. Lantas bergegas membaur dalam kerumunan. Udara dingin tak lagi jadi halangan, berdesakan bukan masalah bahkan rela berdiri lama sampai seluruh darah terasa turun ke telapak kaki. Semua orang sudah berkumpul di halaman Buurthuis meski putri baru akan tiba dua jam lagi. Yah, demi seorang putri lewat, semua orang  bertahan.
***
Dulu semasa putri Diana dari kerajaan Inggris masih hidup, dimana saja tempat  yang akan dia lewati pasti sudah terjadi kerumunan beberapa jam sebelumnya. Desakan bahkan histeria massa seperti tak putus, padahal belum lagi tampak orang yang ditunggu. Konon sekedar melihat senyum dan lambaian putrid Diana saja atau hanya bisa menatap roda kereta kencananya sudah meninggalkan kesan mendalam. Panas, dingin, hujan, tak membuat orang  beranjak sampai benar-benar bayangan sang putri lenyap. Setelah itu yang tinggal adalah kelelahan, namun tetap sukacita setelah sempat menatap sang pujaan.

***

Masih ingat bagaimana penyanyi legendaris Michael Jackson semasa hidupnya kalau mau mengadakan show?  Jangankan lewat di sebuah jalan. Hotel yang disinyalir menjadi tempatnya menginap sudah penuh kerumunan meski King of Pop itu belum tiba.

Bila Michael menampakkan diri lewat jendela hotel dari tingkat tinggi, meski hanya dalam hitungan detik, teriakan kerumunan akan semakin gempita dan menggelegar: I love you Mike…..! Mike I Love you……! Apalagi kalau dia turun ke jalan. Bukan saja kehebohan yang terjadi, korban berjatuhan pingsan pun tak terkira.

***
Maroon 5, grup band yang sedang kondang di kalangan kaum muda bakal konser di Jakarta bulan Maret 2011. Keponakan saya rela ‘ngantri’ bersama lebih dari 1000 penggemar lain dari pukul tujuh pagi hingga delapan malam untuk mendapatkan satu lembar tiket konser seharga 600 ribu di bulan November 2010. Bukan main ..... persiapan yang penuh  ‘perjuangan’.

***
Saat Presiden Amerika, Barrack Obama berkunjung ke Indonesia, banyak ruas jalan ditutup. Saya yang berkantor di kawasan Sudirman harus pulang lebih awal hanya karena posisi kantor bersebelahan dengan hotel tempat Mr. President menginap. Keesokan harinya pun kita harus datang lebih siang sampai ruas jalan dibuka sesaat sebelum presiden bertolak dengan pesawat kenegaraan.

Bukan itu saja, persiapan kedatangan presiden yang punya masa kecil di Menteng itu sudah dilakukan semaksimal mungkin dengan biaya yang juga spektakuler. Berbulan-bulan persiapan dilakukan untuk sebuah kunjungan yang bahkan kurang dari 24 jam itu. Sampah dibersihkan. Tata kota mendadak dirapikan, termasuk manusia yang berkeliaran ‘disapu’ bersih. Setelah itu berkeliaran lagi, urusan belakang. Yang pentng hari itu semua harus istimewa menyambut arena Mr. Presiden  mau lewat.

***
Luar biasa! Begitu hebatnya perjuangan orang untuk menunggu seorang idola melintas. Ups..,  dalam  kejadian kecil, tetangga ganteng mau lewat saat berangkat kantor saja, kita spontan bersiap, dandan rapi agar tampak cantik menawan. Lalu pura-pura melakukan sesuatu di teras rumah agar terlihat. Segala upaya dilakukan demi sebuah lirikan sekilas saat si ganteng melintas.

Dan sekarang, Tuhan Melewati. Jelas mau melawat dan mengisi hati kita. Jelas untuk kita, tidak sekedar lewat dan melambaikan tangan bak selebritis dunia. Tuhan sang pencipta, pemilik jagad raya, yang berhak atas segala alam semesta dan kehidupan. Adakah kita bersiap? Adakah kita rela berpanas-panas di bawah sengat mentari, berbeku-beku dalam balutan musim dingin? Adakah kita mau bersusah payah menunggu berjam-jam sebelum lagi waktunya tiba, berkenan repot menggendong bayi, menuntun para lansia hanya sekedar ikut dalam kerumunan. Adakah kita mau berdandan rapi demi terlihat sang idola? Bahkan menyentuhpun tak mungkin. Malah mungkin dapat ekstra omelan  petugas karena berusaha berebut ke baris depan.

Adakah kita ingin menjadi orang nomor satu ada di baris depan saat Tuhan mau lewat? Tuhan tidak meminta persiapan banyak. Kita tidak perlu merapikan jalan-jalan dari sampah maupun para pengemis yang berkeliaran, tak usah menutup ruas jalan, tak perlu menghias atau membuat billboard selamat datang yang megah. Jangan-jangan kita malah tidak sempat menyambut Tuhan mau lewat karena masih banyak kesibukan lain, tidak tahu ‘rute’nya dan ragam alasan lain yang membuat bahwa tidak perlu menyambutNya.

Yang diperlukan cuma satu saat Tuhan lewat: ‘bukalah hati dan biarkan Dia mampir.’ Simple!

___________________
(Ita S/Foto: andreyuris)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar