JANGKARKEADILAN, Kupang, NTT — Di tengah langit kelabu pandemi yang belum juga reda, suara dari Timur menggema ke pusat kekuasaan. Ketut Rudi, Ketua Dewan Persaudaraan Wilayah Solidaritas Merah Putih Provinsi NTT, bukan sekadar bersuara. Ia menggelegar. Mendukung penuh langkah Presiden Jokowi yang hendak merombak kabinetnya, Rudi menegaskan: “Kami bukan penggembira. Kami rakyat yang menagih janji dan kerja nyata.”
Sidang Kabinet 18 Juni 2020 menjadi panggung kemarahan Presiden.
Bukan marah biasa, tapi kemarahan konstitusional. “Saya akan ganti menteri yang
tidak punya sense of crisis,” ujar Jokowi, dengan nada yang lebih tajam dari
pedang hukum. Di balik pidato itu, tersimpan kegelisahan seorang pemimpin yang
merasa dikhianati oleh kelambanan para pembantunya.
“Apakah menteri-menteri itu lupa bahwa kita sedang berperang melawan musuh
tak kasat mata?” tanya Rudi, retoris namun penuh makna.
Di negeri yang katanya demokratis, reshuffle sering dianggap sebagai drama politik. Tapi kali ini, bukan sekadar drama. Ini tragedi birokrasi. Menteri yang lambat, seperti jam rusak di tengah kebakaran. Rakyat menunggu, ekonomi merintih, dan sosial-politik nyaris lumpuh. Ketut Rudi menyindir, “Kalau tidak bisa mengikuti irama Presiden, mungkin mereka lebih cocok jadi penonton konser, bukan pemain utama.”
Presiden memegang hak prerogatif. Tapi hak itu bukan sekadar hak. Ia adalah amanah dari 267 juta jiwa. Jika menteri gagal, rakyat tidak akan menyalahkan staf ahli. Mereka akan menyalahkan Presiden. Maka reshuffle bukan hanya soal mengganti kursi, tapi menyelamatkan kapal dari badai.
Ketut Rudi menyoroti minimnya kepekaan para menteri terhadap krisis. “Krisis bukan hanya angka. Ia adalah rasa. Rasa takut kehilangan pekerjaan, rasa cemas anak tak sekolah, rasa lapar yang tak bisa ditunda.” Dalam dunia hukum, sense of crisis bisa jadi dasar moral untuk menilai kelayakan pejabat publik.
“Reshuffle harus segera. Jangan tunggu rakyat turun ke jalan,” tutup Rudi, dengan nada yang lebih mirip ultimatum daripada harapan. Dari Kupang, suara rakyat menggema ke Istana. Apakah reshuffle akan menjadi obat atau sekadar kosmetik politik? (Adv. Darius Leka, S.H.)
#suaradaritimur #rakyatmenagihjanji #kabinetdaruratkrisis #jangkarkeadilan #foryou #fyp #shdariusleka #darkalawoffice #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar