"Soal apakah pertemuan itu mengubah peta di parlemen, kami kira tidak juga. Selama ini Demokrat dan Gerindra memang selalu berbeda pandangan dengan partai pendukung pemerintah. Setidaknya hal itu tercermin dari pengesahan UU Pemilu," kata Wakil Sekjen PG Ace Hasan Syadzily di Jakarta, Sabtu (29/7).
Ia menjelaskan pertemuan SBY-Prabowo hanya pertemuan biasa. Pertemuan tersebut harus dimaknai sebagai bagian dari komunikasi politik antara dua Ketua Umum partai politik. Pertemuan itu mengandung nilai politis karena memang kedua tokoh politik senior itu jarang sekali sejalan dalam langkah dan kebijakan politiknya. Setidaknya pertemuan mencairakan suasana di antara keduanya.
"Seperti yang disampaikan pasca pertemuan tersebut, pertemuan itu lebih merupakan komunikasi politik biasa yang belum mengarah pada koalisi," ujar anggota Komisi II DPR Ini.
Bagi Partai Golkar, lanjutnya, semakin para elit politik sering bersilaturahmi maka akan semakin positif untuk selalu membangun komunikasi mencari solusi kebangsaan. Pertemuan seperti itu bisa bersama-sama memikirkan pembangunan bangsa ke depan.
"Kami yakin kedua tokoh politik itu akan lebih mengedepankan kepentingan bangsa daripada kepentingan politik jangka pendek," ujarnya.
Di tempat terpisah, Ketua DPP bidang Keanggotaan Partai Hanura Adrianus Garu meyakini rakyat tidak gampang dibodohi dengan adanya pertemuan SBY dan Prabowo tersebut. Rakyat sudah tahu rekam jejak kedua pimpinan parpol tersebut.
"SBY pimpin negara ini selama 10 tahun tapi tidak berani bubarkan Petral yang menjadi sarang mafia itu. Pembangunan infrastruktur pun tidak terlihat. Bahkan menyuburkan paham radikalisme karena tidak tegas. Jokowi baru dua tahun memimpin sudah kelihatan. Rakyat bisa lihat perbedaannya," kata Andre, sapaan akrab Adrianus.
Sementara untuk Prabowo, dia tegaskan catatan buruk masa lalu bagi Ketua Gerindra itu masih ada dalam ingatan masyarakat. Karakter Prabowo yang tempramen, suka gaya militeristik dan otoriter masih diingat masyarakat.
"Dugaan keterlibatan penculikan aktivis masih diingat masyarakat. Jangan merasa sudah benar," tutur anggota DPD RI dari Propinsi NTT ini.
______________
Sumber: www.sp.beritasatu.com/Foto: Lensa Indonesia
Bagi Partai Golkar, lanjutnya, semakin para elit politik sering bersilaturahmi maka akan semakin positif untuk selalu membangun komunikasi mencari solusi kebangsaan. Pertemuan seperti itu bisa bersama-sama memikirkan pembangunan bangsa ke depan.
"Kami yakin kedua tokoh politik itu akan lebih mengedepankan kepentingan bangsa daripada kepentingan politik jangka pendek," ujarnya.
Di tempat terpisah, Ketua DPP bidang Keanggotaan Partai Hanura Adrianus Garu meyakini rakyat tidak gampang dibodohi dengan adanya pertemuan SBY dan Prabowo tersebut. Rakyat sudah tahu rekam jejak kedua pimpinan parpol tersebut.
"SBY pimpin negara ini selama 10 tahun tapi tidak berani bubarkan Petral yang menjadi sarang mafia itu. Pembangunan infrastruktur pun tidak terlihat. Bahkan menyuburkan paham radikalisme karena tidak tegas. Jokowi baru dua tahun memimpin sudah kelihatan. Rakyat bisa lihat perbedaannya," kata Andre, sapaan akrab Adrianus.
Sementara untuk Prabowo, dia tegaskan catatan buruk masa lalu bagi Ketua Gerindra itu masih ada dalam ingatan masyarakat. Karakter Prabowo yang tempramen, suka gaya militeristik dan otoriter masih diingat masyarakat.
"Dugaan keterlibatan penculikan aktivis masih diingat masyarakat. Jangan merasa sudah benar," tutur anggota DPD RI dari Propinsi NTT ini.
______________
Sumber: www.sp.beritasatu.com/Foto: Lensa Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar