Keluarga sebagai gereja mini diharapkan menjadi tempat yang baik bagi setiap orang untuk mengalami kehangatan cinta, yang tidak mementingkan diri sendiri, namun tetap mempertahankan kesetiaan, sikap saling menghormati.
JANGKARKEADILAN.COM, BOGOR – Akan menjadi khas dalam panggilan keluarga Kristen apabila mereka tetap menyadari panggilannya, maka keluarga harus menjadi tempat persekutuan yang menguduskan, di mana orang belajar menghayati kelemahlembutan, keadilan, belaskasihan, kasih sayang, kemurnian, kedamaian, dan ketulusan hati. (bdk.Ef 1:1-4).
Walaupun tujuan yang hendak dicapai adalah sama, namun masing-masing pasangan adalah pribadi yang berbeda, maka menjadi hal yang sangat wajar dan manusiawi kalau dalam proses interaksi di dalamnya terdapat perbedaan. Semoga perbedaan ini kemudian terjadi proses diskusi, musyawarah, saling mengerti, dan saling memaklumi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Meskipun perbedaan ini kadang dapat memicu timbulnya pertengkaran, justru ini menjadi ‘warna’ dan dinamika dalam kehidupan rumah tangga. Mustahil jika dalam sebuah rumah tangga tidak pernah terjadi pertengkaran/ cecok.
Dihadapkan Pada Berbagai Persoalan
Sadar terhadap perbedaan ini justrumenjadi bekal bagi pasangan suami-istri untuk mengelola perbedaan. Dalam perkembangannya, sebuah rumahtangga yang dibangun tidak saja harus bisa mengelola perbedaan yang ada pada pasangan masing-masing, tetapi harus menghadapi tantangan dari luar, baik dari keluarga besar, lingkungan masyarakat, atau pun pengaruh lainnya. Sebab ketidaksiapan dalam menghadapi berbagai rintangan ini akan menimbulkan pertengkaran dan percekcokan yang berkepanjangan.
Walaupun tujuan yang hendak dicapai adalah sama, namun masing-masing pasangan adalah pribadi yang berbeda, maka menjadi hal yang sangat wajar dan manusiawi kalau dalam proses interaksi di dalamnya terdapat perbedaan. Semoga perbedaan ini kemudian terjadi proses diskusi, musyawarah, saling mengerti, dan saling memaklumi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Meskipun perbedaan ini kadang dapat memicu timbulnya pertengkaran, justru ini menjadi ‘warna’ dan dinamika dalam kehidupan rumah tangga. Mustahil jika dalam sebuah rumah tangga tidak pernah terjadi pertengkaran/ cecok.
Dihadapkan Pada Berbagai Persoalan
Sadar terhadap perbedaan ini justrumenjadi bekal bagi pasangan suami-istri untuk mengelola perbedaan. Dalam perkembangannya, sebuah rumahtangga yang dibangun tidak saja harus bisa mengelola perbedaan yang ada pada pasangan masing-masing, tetapi harus menghadapi tantangan dari luar, baik dari keluarga besar, lingkungan masyarakat, atau pun pengaruh lainnya. Sebab ketidaksiapan dalam menghadapi berbagai rintangan ini akan menimbulkan pertengkaran dan percekcokan yang berkepanjangan.
Tidak sedikit kasus perceraian terjadi akibat berbagai rintangan tersebut. Apalagi pada jaman yang makin canggih sekarang ini, tantangan yang dihadapi rumah tangga dan keluarga juga tidak semakin ringan. Jumlah perceraian yang terjadi pun makin meningkat.
Bersama Mencari Solusi
Pastoral keluarga merupakan masalah penting di hampir semua paroki. Tentunya, persoalan dasarnya bukan saja terletak pada tanggung jawab suami-isteri yang mengacu pada nilai-nilai Sakramen Perkawinan, melainkan menyentuh strategi pastoral paroki sebagai bagian dari tanggung jawab Gereja. Karena peran keluarga, baik dalam hidup menggereja maupun dalam hidup bermasyarakat, berkaitan erat dengan keterlibatan keluarga di hampir semua aktivitas pastoral paroki. Boleh dikatakan keluarga itu adalah urat nadi aktivitas pastoral di level teritorial maupun kategorial.
Oleh karena itu, pemberdayaan keluarga sebagai urat nadi aktivitas pastoral seharusnya menjadi acuan dalam kebijakan Dewan Paroki. Karena munculnya kompleksitas persoalan sosial akibat arus globalisasi hanya bisa diatasi oleh ketahanan dan keutuhan keluarga. Dalam konteks ini, di tingkat paroki maupun keuskupan, harus segera dilakukan langkah-langkah proaktif.
Sebagai wujud nyata dalam memberikan perhatian khusus kepada keluarga sebagai Gereja Rumah Tangga (Ecclesia Domestica) maka Ketua Komisi Keluarga KWI, Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM, yang kini menjabat sebagai Uskup Bogor, dalam sisa waktu jabatannya sebagai Uskup Bogor, memfokuskan perhatiannya kepada keluarga. Seperti yang telah dilakukan oleh Komisi Keluarga Keuskupan Bogor, beberapa bulan lalu dengan mengadakan kegiatan temu akbar PASUTRI (pasangan suami istri-Red) di SKI Tas Tajur Katulampa -Bogor (26/6). Dan tidak berhenti di situ saja, melainkan harus ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan serupa di level yang lebih rendah, misalnya di tingkat Dekenat ataupun paroki.
Tujuannya jelas yaitu bersama berjuang untuk menciptakan keluarga kita masing-masing sebagai gereja kecil tempat Yesus hadir dan kenisah tempat Roh kudus berdiam.
Bersama Mencari Solusi
Pastoral keluarga merupakan masalah penting di hampir semua paroki. Tentunya, persoalan dasarnya bukan saja terletak pada tanggung jawab suami-isteri yang mengacu pada nilai-nilai Sakramen Perkawinan, melainkan menyentuh strategi pastoral paroki sebagai bagian dari tanggung jawab Gereja. Karena peran keluarga, baik dalam hidup menggereja maupun dalam hidup bermasyarakat, berkaitan erat dengan keterlibatan keluarga di hampir semua aktivitas pastoral paroki. Boleh dikatakan keluarga itu adalah urat nadi aktivitas pastoral di level teritorial maupun kategorial.
Oleh karena itu, pemberdayaan keluarga sebagai urat nadi aktivitas pastoral seharusnya menjadi acuan dalam kebijakan Dewan Paroki. Karena munculnya kompleksitas persoalan sosial akibat arus globalisasi hanya bisa diatasi oleh ketahanan dan keutuhan keluarga. Dalam konteks ini, di tingkat paroki maupun keuskupan, harus segera dilakukan langkah-langkah proaktif.
Sebagai wujud nyata dalam memberikan perhatian khusus kepada keluarga sebagai Gereja Rumah Tangga (Ecclesia Domestica) maka Ketua Komisi Keluarga KWI, Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM, yang kini menjabat sebagai Uskup Bogor, dalam sisa waktu jabatannya sebagai Uskup Bogor, memfokuskan perhatiannya kepada keluarga. Seperti yang telah dilakukan oleh Komisi Keluarga Keuskupan Bogor, beberapa bulan lalu dengan mengadakan kegiatan temu akbar PASUTRI (pasangan suami istri-Red) di SKI Tas Tajur Katulampa -Bogor (26/6). Dan tidak berhenti di situ saja, melainkan harus ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan serupa di level yang lebih rendah, misalnya di tingkat Dekenat ataupun paroki.
Tujuannya jelas yaitu bersama berjuang untuk menciptakan keluarga kita masing-masing sebagai gereja kecil tempat Yesus hadir dan kenisah tempat Roh kudus berdiam.
_____________________
*) Darius Lekalawo, SH, Pemerhati dan Pengurus Komisi Keluarga Dekenat Utara, Keuskupan Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar