JANGKARKEADILAN.COM, JAKARTA – Penggunaan isu terkait suku, agama, ras, dan
antargolongan (Sara) dalam pemilihan kepala daerah (pilkada), merupakan
cara primitif. Sebab, isu tersebut dapat mendorong konflik di
masyarakat.
Begitu disampaikan pengamat politik, Karyono Wibowo
saat Dialog Kebangsaan, "Pilkada Harus Aman dan Damai", di kawasan
Cikini, Jakarta, Kamis (6/4/2017). "Demokrasi mengalami kemunduran, dan menggunakan Sara untuk menyerang lawan adalah primitif," kata Karyono.
Diungkapkan
Karyono, demokrasi yang tujuannya untuk mensejahterakan rakyat
nampaknya agak terpinggirkan dalam sejumlah pilkada saat ini. Seperti
Pilkada DKI, kata dia, justru lebih mengutamakan isu-isu Sara yang bisa
menggerus elektabilitas calon. "Contoh adanya spanduk mengandung Sara. Dari prosedur saja banyak pelanggaran, bagaimana mencapai demokrasi," ucapnya.
Menurut
dia, penggunaan isu Sara yang berkembang telah dikemas secara
terstruktur. Sebab kata dia, pemain sudah paham bila isu Sara sangat
signifikan untuk menggerus elektabilitas pasangan calon. "Jangan haus
kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Ini sangat berbahaya,"
tegasnya. "Semua dicari kesalahan dari kasus hukum. Ini model
pilkada di setiap daerah, jangan berkelit dalam bahasa pembelajaran
demokrasi padahal demokrasi kita sudah ada tinggal kita mau konsisten
apa tidak," tukasnya.
__________________________
Darius Leka,SH/ Foto: SINDOnews/Dok /Sumber: www.sindonews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar