Kamis, 11 Juni 2020

Paus Salahkan Penggunaan Kondom

Kondom dilarang? Benarkah demikian? Ada apa dengan kondom? Akankah penyebaran AIDS/HIV meningkat tanpa “sarung elastis” itu? Bagaimana sebaiknya umat kristiani menyikapi pemakaian karet itu?
JANGKARKEADILAN.COM, ROMA – Diskusi pemakaian kondom kembali mencuat akhir tahun 2010 lalu. “Pemicunya” adalah buku Light of the World (Ignatius Press) karya Peter Seewald. Pada bab X dari buku itu, penulis yang juga jurnalis Jerman ini memuat pendapat Paus Benediktus XVI mengenai tindakan melawan AIDS dan penggunaan kondom. Pendapat Paus itu mengundang perhatian publik dan disalahmengertikan media massa setelah diberitakan koran Vatikan L’Osservatore Romano.

Sebagaimana kita ketahui, kondom adalah salah satu jenih kontrasepsi. Ia akan menampung sperma pria saat ejakulasi sehingga tidak terjadi pembuahan. Agar lebih efektif, sarung elastis ini juga bisa dipakai bersamaan dengan spermicide (pembunuh sperma). Selain itu, kontrasepsi yang dibuat dari latex, polyurethane, tactylon atau kulit binatang ini dipakai juga sebagai sarana untuk mencegah  penyakit seksual menular atau sexually transmited diseases, terutama HIV dan AIDS.

Terkait AIDS dan kondom, Paus berpendapat bahwa Gereja tidak menganggap kondom sebagai solusi nyata atau solusi moral untuk mengatasi persoalan AIDS. Pemakaian kondom sama dengan mendangkalkan dan menghilangkan makna seksualitas sebagai sebuah ungkapan cinta kasih antara suami dan istri.

Pastor Lombardi SJ, juru bicara Vatikan menjelaskan bahwa dalam buku ini Paus ingin menegaskan persoalan AIDS tidak bisa diatasi hanya dengan membagikan kondom. Ada banyak hal yang perlu dilakukan: pencegahan, pendidikan, bantuan, dan konseling. Pendapat Paus merupakan sumbangan sejati agar kita tetap menegakkan kesetiaan pada prinsip-prinsip moral. Juga memperlihatkan kejelasan dalam menolak jalan yang menyesatkan seperti misalnya kepercayaan pada kondom.

Sumbangan itu menjelmakan visi yang komprehensif, jauh ke depan, dan penuh perhatian. Hal itu mengungkapkan langkah-langkah kecil akan suatu kemanusiaan yang seringkali diperlemah secara spiritual dan kultural.

Lebih lanjut Direktur Kantor Berita Vatikan ini menerangkan Paus tidak membenarkan secara moral perilaku seksual yang kacau. Penggunaan kondom mungkin menjadi “tindakan pertama dari rasa tanggung jawab” sebagai lawan “tidak menggunakannya dan menyebabkan orang lain terancam hidupnya”.

 Pendeknya, seksualitas harus dihargai secara positif. Seksualitas harus dikaitkan secara erat dengan martabat kemanusiaan, kasih-sayang, dan tanggung jawab. Penggunaan kondom (guna mencegah HIV/AIDS) hanya menempatkan seksualitas  dalam karakter manusiawi saja.  Oleh karena itu, hal itu tidak dibenarkan oleh Gereja.

_____________________
(Rm. Alfons Sutrano/comunicare)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar